Thomas Stamford Raffles (1811-1816)

Nursalina / SI3
Sir Thomas Stamford Bingley Raffles (lahir di Jamaica, 6 Juli1781 – meninggal di London, Inggris, 5 Juli1826 pada umur 44 tahun) adalah Gubernur-JenderalHindia-Belanda yang terbesar. Ia adalah seorang warganegara Inggris. Ia dikatakan juga pendiri kota dan negara kota Singapura. Ia salah seorang Inggris yang paling dikenal sebagai yang menciptakan kerajaan terbesar di dunia.
Pemerintahan raffles diserahkan atas prinsip-prinsip liberal, seperti halnya kepada van hogendorp, jadi politik kolonial yang hendak mewujudkan kebebasab dan kepastian hukum. Prinsip kebebasan di cangkup kebebasan menanam dan kebebasan perdagangan,keduanya akan menjamin adanya kebebasan produksi untuk ekspor. Raffles bermaksud menerapkan politik kolonial seperti yang dijalankan oleh inggris di india, menurut suatu sistem yang kemudian terkenal sebagai sistem pajak-tanah(landrent-system). Kesejahteraan rakyat hendak dicapainya dengan memberikan kebebasan serta jaminan hukum kepada rakyat sehinga tidak menjadi korban kesewenang-wenangan para penguasa serta ada dorongan untuk menambah penghasilan serta perbaikan tingkat hidup.pokok-pokok sistem raffles adalah sebagai berikut:
1.      Penghapusan seluruh pengerahan wajib dan wajib kerja dengan memberi kebebasan penuh untuk kultur dan berdagang.
2.      Pemerintah secara langsung mengawasih tanah-tanah.hasilya dipungut langsung oleh pemerintah tampah perantarah bupati yang tugasnya terbatas pada dinas-dinas umum.
3.      Penyewaan tanah dibeberapa daerah dilakukan berdasarkan kontrak dan terbatas waktunya.
Politik kolonial raffles bertolak dari ideologi liberal dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan memberikan kebebasanya. Pelaksnaan politik liberal itu berarti bawah struktur tradisional dan faedol perlu di rombak sama sekali dan diganti dengan rasionalitan sistem baru yang didasarkan atas prinsip legal-riasionalitas.pemerintah perlu tersusun dari suatu birokrasi yang melepaskan fungsi-fungsi tradisional feodel,terutama dalam hubunganya dengan pemungutan hasil dan pengerahan tenaga rakyat menurut sistem voc.perubahan struktural semacam itu sukar dilaksanakan tampah mengadakan perubahan mental dan kultur dari unsur-unsur pemerntahan yang pada umumnya masih hidup dalam alam tradisional. Kegagalan tidak dapat dihindari. Untuk memahami kegagalan itu perlu sistem pajak tanah raffles dihubungkan dengan latar belakang politik kolonial ingris bagi india. Dibanding dengan negeri belanda, inggris lebih maju dalam industrinya, maka melihat fungsi daerah jajahan sebagai daerah pemasaran hasil industrinya. Pasaran yang bebas dan tingkat kesejahteraan rakyat tertentu merupakan faktor yang mendorong hasil pemasaran itu. Kewajiban pemerintahan hanya menjamin keamanan dan penegakan keadilan pada suatu pihak, serta pemungut pajak bagi penyelengaraan pemerintahan pada pihak lain. Dipandang dari sudut ini maka bagi raffles yang menjadi penghalang utama bagi pelaksanaan politiknya ialah unsur feodel yang sangat kuat kedudukanya dan sistem ekonomi yang masih bersipat tertutup sehinga pembayaran pajak bumi dapat dilakukuan sepenuhnya dengan uang, tetapi in natural. Bagi pihak belanda, akhirnya faktor yang sangat menena tukan politok kolonialnya ilah keadaan ekonomi negeri belanda sendiri. Negerinya masih bersipat agraris industri belum berkembang, lagi pula akibat perang nafoleon sedang menderita dan mundur ekonominya. Dalam menghadapi keadaan seperti itu kolonial berdasarkan liberalisme tidak cocok dan tidak realistis.
Keragu-keraguan selama lebih kurang tiga puluh tahun disebabkan oleh terombang ambingnya terombosan menurut cita cita dan realitas sosial ekonomi baik dari negeri belanda maupun indonesia, khususnya jawa. Landelick steel sel adalah semacam jalan tengah dintarah kedua pilihan. Akhirnya keadaan ekonomi belanda dengan kejurangan modalnya serta keterbelakangan industrinya memaksa belanda mengambil langkah kembali kesistem voc dengan beberapa perubahan terkenal sebagai cultuurstelsel(sistem tanam paksa)
Thomas Stamford Raffles mengambil tindakan-tindakan di berbagai bidang untuk menjalankan pemerintahannya. Dengan tindakan-tindakan yang telah dilakukannya itu, Raffles telah melakukan perubahan dalam beragam bidang kehidupan rakyat. Tindakan-tindakannya itu ternyata ada yang mendatangkan penderitaan bagi rakyat Hindia Belanda. Contohnya dengan adanya pemungutan pajak yang cukup tinggi. Adapun hambatan yang dihadapi Raffles dalam menjalankan kebijakannya adalah adanya kenyataan bahwa rakyat Hindia Belanda belum mengenal uang sebagai alat pembayaran. Keadaan ini menyebabkan pelaksanaan landrente menemui hambatan.
Pada satu sisi, Raffles mendatangkan banyak penderitaan terhadap rakyat Indonesia, tetapi pada sisi yang lain Raffles juga berjasa bagi bangsa ini. Diantara jasa-jasa Raffles adalah sebagai berikut:
1.    mengangkat kembali Sultan Sepuh di Yogyakarta sebagai sultan
2.    menemukan jenis bunga yang diberi nama Rafflesia Arnoldi
3.    menulis buku sejarah Pulau Jawa yang diberi judul The History of Java
4.    membantu dan menyokong perkumpulan kebudayaan dan ilmu pengetahuan
5.    istri Raffles yang bernama Olivia Marianne berjasa sebagai perintis Kebun Raya Bogor.
Kebijakan-Kebijakan yang dilakukan oleh Sir Thomas Stamford Raffles di Bidang tertentu pada saat menjabat sebagai Gubernur jenderal Inggris di Indonesia. Yaitu pada bidang Birokrasi dan Pemerintahan. Langkah-langkah Raffles adalah sebagai berikut :
 pada bidang pemerintahan adalah:
  • Membagi Pulau Jawa menjadi 16 keresidenan (sistem keresidenan ini berlangsung sampai tahun 1964)
  • Mengubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa pribumi menjadi sistem pemerintahan kolonial yang bercorak Barat
  • Bupati-bupati atau penguasa-penguasa pribumi dilepaskan kedudukannya yang mereka peroleh secara turun-temurun
  • Sistem juri ditetapkan dalam pengadilan
Bidang Ekonomi dan Keuangan
Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedang pemerintah hanya berkewajiban membuat pasar untuk merangsang petani menanam tanaman ekspor yang paling menguntungkan. Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem penyerahan wajib (verplichte leverantie) yang sudah diterapkan sejak zaman VOC. Menetapkan sistem sewa tanah (landrent) yang berdasarkan anggapan pemerintah kolonial. Pemungutan pajak secara perorangan.
Bidang Hukum
Sistem peradilan yang diterapkan Raffles lebih baik daripada yang dilaksanakan oleh Daendels. Karena Daendels berorientasi pada warna kulit (ras), Raffles lebih berorientasi pada besar kecilnya kesalahan. Badan-badan penegak hukum pada masa Raffles sebagai berikut:
  • Court of Justice, terdapat pada setiap residen
  • Court of Request, terdapat pada setiap divisi
  • Police of Magistrate
Bidang Sosial
Penghapusan kerja rodi (kerja paksa) dan penghapusan perbudakan, tetapi dalam praktiknya ia melanggar undang-undangnya sendiri dengan melakukan kegiatan sejenis perbudakan. Peniadaan pynbank (disakiti), yaitu hukuman yang sangat kejam dengan melawan harimau.
Bidang Ilmu Pengetahuan
  • Ditulisnya buku berjudul History of Java di London pada tahun 1817 dan dibagi dua jilid
  • Ditulisnya buku berjudul History of the East Indian Archipelago di Eidenburg pada tahun 1820 dan dibagi tiga jilid
  • Raffles juga aktif mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah perkumpulan kebudayaan dan ilmu pengetahuan
  • Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi
  • Dirintisnya Kebun Raya Bogor
  • Memindahkan Prasasti Airlangga ke Calcutta, India sehingga diberi nama Prasasti Calcutta
Pada tahun 1815 Raffles kembali ke Inggris setelah Jawa dikembalikan ke Belanda setelah Perang Napoleon selesai. Pada 1817 ia menulis dan menerbitkan buku History of Java, yang melukiskan sejarah pulau itu sejak zaman kuno.
Tetapi pada tahun 1818 ia kembali ke Sumatera dan pada tanggal 29 Januari1819 ia mendirikan sebuah pos perdagangan bebas di ujung selatan Semenanjung Malaka, yang di kemudian hari menjadi negara kota Singapura. Ini merupakan langkah yang berani, berlawanan dengan kebijakan Britania untuk tidak menyinggung Belanda di wilayah yang diakui berada di bawah pengaruh Belanda. Dalam enam minggu, beberapa ratus pedagang bermunculan untuk mengambil keuntungan dari kebijakan bebas pajak, dan Raffles kemudian mendapatkan persetujuan dari London.
Raffles menetapkan tanggal 6 Februari tahun 1819 sebagai hari jadi Singapura modern. Kekuasaan atas pulau itu pun kemudian dialihkan kepada Perusahaan Hindia Timur Britania. Akhirnya pada tahun 1823, Raffles selamanya kembali ke Inggris dan kota Singapura telah siap untuk berkembang menjadi pelabuhan terbesar di dunia. Kota ini terus berkembang sebagai pusat perdagangan dengan pajak rendah.
Dari kebijakan ini, salah satu pembaruan kecil yang diperkenalkannya di wilayah kolonial Belanda adalah mengubah sistem mengemudi dari sebelah kanan ke sebelah kiri, yang berlaku hingga saat ini.
Daftar Pustaka
Kartodirdjo, Sartono. 1999. Pengantar Sejarah Indonesia Baru : 1500-1900 dari Emperium sampai Imperium Jilid 1. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Aziz, Maliha dan Asril. Sejarah Indonesia III. Pekanbaru: Cendikia Insani
http://matakristal.com/thomas-stamford-raffles/

No comments:

Post a Comment