PENDIDIKAN BUMI PUTERA PADA TAHUN 1850-1867

Pesta P Manurung/ b/ si3
A.    PENGERTIAN PENDIDIKAN
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata 'didik' dan mendapat imbuhan 'pe' dan akhiran 'an', maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
B.    SEKOLAH BUMI PUTERA
Sekolah BUMI PUTERA adalah sekolah yang didirikan oleh belanda di Indonesia dengan tujuan melalui sekolah BUMI PUTERA mereka memperoleh karyawan yang terampil, pintar, dan juga bijaksana serta dapat di bayar murah sebagai karyawan yang dapat di pekerjaan sebagai pegawai Belanda.
Berikut ini beberapa kondisi bumi putera:
1. TENAGA PENGAJAR/ GURU BUMI PUTERA
Kondisi tenaga guru atau pengajar di zaman ini  berbeda- beda. Pada umumnya pendidikan guru di pulau jawa itu lebih bagus atau lebih mencukupi di bandingkan dengan di pulau- pulau lainnya, termasuk sumatera, kalimantan dan bahkan papua. Hal ini di karenakan sekolah yang didirikan oleh Belanda pada saat itu hanya ada di pulau jawa, yang pada saat itu di kenal dengan nama kweekschool (Sejarah Pendidikan, Dra. Hj. Maleha Aziz, dkk, 35). Kweekschool pertama sekali di bangun di Surakarta.
Hal inilah yang membuat pendidikan para guru di pulau jawa lebih baik dan bagus jika dibandingkan dengan guru- guru di pulau lainnya. Namun pada akhirnya sekolah ini di ikuti oleh guru- guru lainnya yang berada di luar pulau  jawa sehingga guru- guru lainnya juga mempunya pendidikan dan ilmu yang layak.
Pada awalnya, sebelumnya berdirinya kweekschool yang menghasilkan guru atau tenaga pendidik pada umumnya sembarang saja, yang penting bisa membaca, menghitung dan menulis ( Sejarah Pendidikan , Dra. Hj.Maleha Aziz, dkk, 35). Berdasarkan data tersebut, dapat kita ambil kesimpulan bahwa orang yang menjadi tenaga pendidik pada saat itu adalah orang- orang bekas pegawai Belanda. Hal ini dikarenakan, pada saat itu orang yang bisa membaca, menghitung, dan menulis adalah orang- orang yang pernah bekerja sebagai pekerja atau pegawai Belanda, baik itu sebagai bekas mantra gudang, jurutulis, mantri gudang kopi dan sebagainya.
Kondisi guru diluar pulau jawa lebih parah lagi, hal ini di karenakan kurangnya tenaga pengajar atau guru ( Sejarah Pendidikan , Dra. Hj.Maleha Aziz, dkk, 35). Tenaga pengajar di luar pulau jawa pada saat itu sangat minim. Hal ini di karenakan pegawai- pegawai yang bekerja untuk Belanda kebanyakan adalah orang- orang yang bertempat di pulau jawa dan pegawai diluar pulau jawa sangat terbatas jumlahnya. Hal inilah yang menyebabkan keterbatasan tenaga pengajar, karena pegawai di luar pulau jawa sangat minim, otomatis bekas pegawainya pun sedikit. Inilah yang menyebabkan faktor keterbatasan pengajar di luar pulau jawa.
2. KONDISI MURID/ PESERTA DIDIK
Murid- murid sekolah bumi putera pada saat itu  berasal dari orang- orang priyai dan     bangsawan, dan tidak di terima anak- anak yang berasal dari petani. Hal ini dikarenakan tujuan   belada pada saat bukan untuk memajukan pendidikan anak bangsa melainkan untuk menghasilkan pegawai yang bisa di bayar murah. Selain itu, tujuan  Belanda pada saat itu adalah semakin mempererat hubungan mereka dengan kaum bangsawan baik itu sebagai bupati, mantra, kepala desa, dll. Melalui hubungan inilah mereka semakin mudah mepengaruhi pikiran para pegawai- pegawai dan juga anak- anak pegawai yang menimba ilmu di BUMI PUTERA untuk semakin berpihak ke belanda dan semakin jauh hubungannya dengan masyarakat pribumi. Namun ini hanya terjadi di pulau jawa.
Kondisi berbeda di tunjukkan di pulau jawa. Orang- orang yang menimba ilmu di BUMI PUTERA bebas dari kalangan mana saja baik petani maupun masyarakat biasa. Hal ini sangat bermanfaat bagi masyarakat biasa karena melalui pendidikan mereka dapat sedikit membantu perekonomian mereka nantinya.
Murid- murid BUMI PUTERA pada saat itu di dominasi oleh laki- laki, dan jumlah perempuan pada saat itu sangat- sangat minim. Hal ini di karenakan 2 faktor:
1.     Karena sifat dan tujuan sekolah
Sifat dan tujuan sekolah pada saat itu adalah bukan untuk mencerdaskan dan memajukan pendidikan bangsa melainkan untuk menghasilkan pegawai- pegawai yang bisa di bayar murah. Dan pada saat itu, pegawai- pegawai yang dibutuhkan bekerja untuk belanda adalah laki- laki.
2.     Karena rakyat, yang masih bersifat kolot, berkeberatan terhadap adanya koedukasi.
Inilah salah faktor besar yang menyebabkan tidak sekolahnya kaum wanita. Pada saat itu kaum wanita di anggap rendah dan tidak perlu di sekolahkan, dan yang perlu dan yang utama di sekolahkan adalah laki-laki sedangkan perempuan hanya tukang masak di dapur saja.
3. KONDISI BANGUNAN
Kondisi bangunan di pulau jawa dengan di pulau lainnya pada saat itu berbeda. Perbedaannya ada dua, yaitu:
1.     Kaum Yang Membangunnya
Kalau di pulau Jawa, bangunan sekolah bumi putera di bangun oleh pemerintah. Dan hal ini sangat berbeda dengan nasib sekolah bumi putera yang ada di luar pulau jawa yang pada saat itu tidak mendapat dana dari pemerintah. Pembangunan sekolah di luar pulau jawa di bebankan ke pada masyarakat. Keterbatasan ekonomi dan minat masyarakat terhadap sekolah mengakibatkan kondisi bangunan yang berada di luar pulau jawa sangat memprihatinkan, bangunan sekolah pada saat bangunannya sama seperti gubuk.
2.     Letak Bangunannya.
Kalau di pulau jawa biasanya di bangun di depan kabupaten. Hal ini dengan tujuan supaya pihak dari kabupaten dapat mengawasi keberadaan dan pelaksanaan dari sekolah tersebut. Dan pada umumnya sekolah yang berada di luar pulau jawa kondisinya terurus. Hal ini dikarenakan kondisi bangunan yang berada di dekat kantor kabupaten, sehingga lebih memudahkan para pengawas pendidikan dalam mengawasi kondisi sekolah BUMI PUTERA tersebut.
Kondisi yang berbeda terjadi di luar pulau jawa. Kondisinya diluar pulau jawa sangat memprihatinkan hal ini terutama dikarenakan oleh faktor ekonomi atau faktor finansial. Selain itu juga kondisi ini di perparah kurangnya pengawasan yang di lakukan oleh pengawas pendidikan.  
4. UANG SEKOLAH
            Hal yang tidak jauh berbeda dengan kondisi sebelumnya terjadi juga dalam system uang sekolah. Uang sekolah di pulau jawa berbeda dengan uang sekolah diluar pulau jawa seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi ( Sejarah Pendidikan , Dra. Hj.Maleha Aziz, dkk, 35). Berdasarkan data tersebut dapat kita ketahui penyebab tidak di pungutnya uang sekolah. Hal ini di karenakan orang yang menuntun pendidikan di sekolah BUMI PUTERA adalah anak- anak Belanda dan juga anak- anak kaum bangsawan atau priyayi, yang pada saat itu bekerja di pemerintahan Negara Hindie Belanda, sehingga jika di buat membayar uang sekolah tetap untuk mereka juga. Namun sebagai pengganti uang sekolahnya mereka di suruh untuk membangun dan juga memmbersihkan sekolah tanpa di upah.
            Hal yang berbeda terjadi diluar pulau jawa . pemungutan uang sekolah di lakukan di semua sekolah. Pembayar uang sekolah di luar pulau jawa ada 6 tingkat. Mulai dari f 3 dan palin murah 25 sen/ bulannya.
5. MATERI PELAJARAN
            Materi pelajaran pada saat itu di sesuaikan berdasarkan tujuan dari sekolah tersebut. Pada saat itu tujuan sekolah adalah untuk menghasilkan pegawai Belanda yang bisa di bayar murah ( Sejarah Pendidikan , Dra. Hj.Maleha Aziz, dkk, 34). Pegawai- pegawai Belanda memiliki berbagai jenis pekerjanya, yaitu penjaga gudang, pemungut pajak,bupati, wedana, dan juga mantri. Sesuai dengan profesi tersebut maka di berikanlah materinya yaitu mengitung, mengukur tanah, membaca, dan menggambar. Materi ini sengat menunjang dalam siswa yang nantinya sebagai pegawai Belanda di dalam menjalankan kebijakan- kebijakannya, yang pada saat itu kebijakannya adalah tanam paksa (Cultuurstelsel) oleh gubernur Van Den Bosch.
            Selain materi itu, bahasa melayu juga di jadikan materi pada saat itu. Hal ini di karenakan bahasa melayu  digunakan bahasa resimi sehingga bahasa melayu dianggap penting. Sehingga pada saat itu bahasa melayu digunakan sebagai bahasa pengantar baik dalam sekolah maupun di dalam bahasa sehari- hari. Selain bahasa melayu bahasa daerah juga di jadikan materi di sekolah BUMI PUTERA.
6. LAMA BELAJARNYA.
            Lama belajar di sekolah BUMI PUTERA pada saat itu tidak ditemukan dengan pasti dan jelas ( Sejarah Pendidikan , Dra. Hj.Maleha Aziz, dkk, 34). Hal ini di karenakan pada saat itu siswa sekolah sesuka hatinya, selama guru menganggap pengetahuannya belum cukup. Pada saat itu ada yang sekolah selama dua tahun ada juga yang lamanya enam tahun.
            Lama  belajar baru di tentukan setelah tahun 1893. Tiga tahun untuk sekolah- sekolah kelas II dan lima tahun untuk sekolah- sekolah kelas I.

KESIMPULAN
Sekolah BUMI PUTERA adalah sekolah yang didirikan oleh belanda di Indonesia dengan tujuan melalui sekolah bumi putera mereka memperoleh karyawan yang terampil, pintar, dan juga bijaksana serta dapat di bayar murah sebagai karyawan yang dapat di pekerjaan sebagai pegawai Belanda.
            Orang- orang yang menuntun ilmu di sekolah BUMI PUTERA pada umumnya adalah anak- anak kaum bangsawan, namun itu hanya berlaku di pulau jawa karna di luar pulau jawa siapa saja boleh menuntun ilmu di sekolah BUMI PUTERA.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Maleha dan Sandi Pradija Santi, 2002, Sejarah Pendidikan, Pekanbaru: Cendikia Insani.
wikipedia.org/wiki/Sekolah_Kebangsaan_Bumiputera

No comments:

Post a Comment