Perang Griliya Pada Agresi militer Belanda II

Oleh  : Emi karlina/SI5
Ø  Penyebab Terjadinya Agresi Militer Belanda II
            Seperti kejadian sebelumnya dalam Perundingan Linggarjati, pelaksanaan hasil Perundingan Renville mengalami kemacetan. Upaya jalan keluar yang ditawarkan oleh KTN selalu mentah kembali karena tidak adanya kesepakatan antara Indonesia dan Belanda. Indonesia melalui Hatta (wakil presiden merangkap perdana menteri) tetap tegas mempertahankan kedaulatan Indonesia, sementara Belanda terus berupaya mecari cara menjatuhkan wibawa Indonesia. Saar ketegangan semakin memuncak Indonesia dan Belanda mengirimkan nota kepada KTN. Nota itu sama-sama berisi tuduhan terhadap pihak lawan yang tidak menghormati hasil Perundingan Renville. Akhirnya, menjelang tengah malam pada tanggal 18 Desember 1948, Wali Tinggi Kota Mahkota Belanda Dr. Beel mengumumkan bahwa Belanda tidak terikat lagi pada hasil Perundingan Renville. Dini hari tanggal 19 Desember 1948, pesawat terbang Belanda membombardir Maguwo (sekarang Bandara Adisucipto) dan sejumlah bangunan penting di Yogyakarta. Peristiwa itu mengawali agresi militer Belanda II. Pemboman dilanjutkan dengan penerjunan pasukan udara. Dalam waktu singkat, Yogyakarta, ibu kota RI ketika itu, dapat dikuasai.
Disini saya akan menyampaikan hasil perundingan renvile yang menyebabkan terjadinya agresi militer ke II
Hasil Perundingan Renville
•        Penghentian tembak-menembak.
•        Daerah-daerah di belakang garis van Mook harus dikosongkan dari pasukan RI.
•        Belanda bebas membentuk negara-negara federal di daerah-daerah yang didudukinya dengan melalui plebisit terlebih dahulu.
•        Dalam Uni Indonesia-Belanda, Negara Indonesia Serikat akan sederajat dengan Kerajaan Belanda.

            Akibat Perundingan Renville, wilayah Indonesia yang diakui menjadi semakin sempit. Itulah sebabnya, hasil Perundingan Renville mengundang reaksi keras dari kalangan partai politik, hasil perundingan itu memperlihatkan kekalahan perjuangan diplomasi. Bagi TNI, hasil prundingan itu mengakibatkan harus ditinggalkannya sejumalh wilayah pertahanan yang telah susah payah dibangun. Ketidakpuasan yang semakin memuncak terhadap hasil Perundingan Renville mengakibatkan Kabinet Amir Starifuddin jatuh.

Ø  Kronogis secara singkat terjadinya Agresi Militer Belanda II (19 Desember-28 January 1949)
Pasca agresi militer 1 kembali pihak RI dan Belanda berunding diatas kapal USS Renville dengan pengawasan misi PBB Komisi Tiga Negara (KTN) pada 17 january 1948.Atas dasar kesepakatan yang dicapai dalam persetujuan Renville tentara republik terpaksa harus mengosongkan daerah gerilya yang begitu luas,terutama di Jawa Barat dan Jawa Timur.
            Pasukan Tentara Belanda melakukan serangan agresi militer ke II melakukan serangan dari udara laut dan darat keseluruh wilayah nusantara. Pada tanggal 19 Desember 1948. Tujuanya ialah menguasai nusantara kembali secara keseluruhan, dari pihak Indonesia tidak mungkin melakukan perlawanan perang melalui perang stelling atau frontale corlog, dikarenakan peralatan yang kurang dari segi persenjataan yang kurang memadai untuk mempersiapkan alat alat itu tidak memungkinkan bagi Indonesia karena Indonesia yang baru membentuk Negara sehingga belum siap untuk mempersiapkan alat alat perang itu.
            Pasukan Indonesia harus mencari cara lain untuk menghadapi serangan pasukan belanda yaitu dengan strategi perang grilia.serangan tentara belanda itu datangnya sangat mendadak yang sangat sulit dihadapi Indonesia secara lansung.perang gredia ini dimasukan untuk menghadpi masa perang yang panjang dan juga menghindari korban yang banyak namun kadang-kadang rakyat dan para tentara kita kurang memahami taktik grelia tersebut.
            Perang gerilya adalah tekhnik mengepung secara tidak terlihat (infisibble).Perang gerilya merupakan bentuk perang yang tidak terikat secara resmi pada ketentuan perang.Saat itu perang gerilya dipimpin oleh Jenderal Sudirman.
-Perang gerilya bangsa Indonesia memiliki ciri2 sebagai berikut :
a.Menghindari perang terbuka
b.Menghantam musuh secara tiba-tiba
c.Menghilang ditengah lebatnya hutan atau kegelapan malam
d.Menyamar sebagai rakyat biasa.
Memasuki akhir tahun 1947, tentara rpiblik yang bergerilya mulai terorganisir dan memiliki komando gerilya yang dinamis.akibatnya belanda menjadi kesulitan untuuk menggempur tentara republik.setiap sasaran yang diserang belanda,banyak yang telah kosong,namun pada saat yang tidak disangka-sangka,tentara republik menyerang kedudukan Belandadengan cepat.Saat Belanda kembali menggencarkan serangan , kubu-kubu tentara republik telah kosong.Dengan demikian,Belanda hanya menguasai kota-kota besar dan jalan raya.


Setelah itu Soedirman meninggalkan Yogyakarta untuk memimpin gerilya dari luar kota. Perjalanan bergerilya selama delapan bulan ditempuh kurang lebih 1000 km di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tidak jarang Soedirman harus ditandu atau digendong karena dalam keadaan sakit keras. Setelah berpindah-pindah dari beberapa desa rombongan Soedirman kembali ke Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949.

Kolonel A.H. Nasution, selaku Panglima Tentara dan Teritorium Jawa menyusun rencana pertahanan rakyat Totaliter yang kemudian dikenal sebagai Perintah Siasat No 1 Salah satu pokok isinya ialah : Tugas pasukan-pasukan yang berasal dari daerah-daerah federal adalah ber wingate (menyusup ke belakang garis musuh) dan membentuk kantong-kantong gerilya sehingga seluruh Pulau Jawa akan menjadi medan gerilya yang luas.

Salah satu pasukan yang harus melakukan wingate adalah pasukan Siliwangi. Pada tanggal 19 Desember 1948 bergeraklah pasukan Siliwangi dari Jawa Tengah menuju daerah-daerah kantong yang telah ditetapkan di Jawa Barat. Perjalanan ini dikenal dengan nama Long March Siliwangi. Perjalanan yang jauh, menyeberangi sungai, mendaki gunung, menuruni lembah, melawan rasa lapar dan letih dibayangi bahaya serangan musuh. Sesampainya di Jawa Barat mereka terpaksa pula menghadapi gerombolan DI/TII.

Dalam serangan itu Belanda berhasil menawan presiden,wakil presiden,dan beberapa pejabat tinggi lainnya.Presiden Soekarno diterbangkan ke Prapat (Dekat Danau Toba) dan kemudian ke Bangka.Wakil presiden Hatta langsung ditawan di Bangka.Setekah itu Belanda menyiarkan berita keseluruh dunia yang menyatakan bahwa RI sudah tidak ada  dan perlawanan TNI sama sekali tidak berarti.Propaganda semacam ini jelas menyudutkan kedudukan RI di mata dunia Internasional.
Kendati demikian,sebelum para pemimpin republik ditawan,Presiden Soekarno masih semoat memimpin sidang kabinet secara singkat.Hasil sidang kabinet tersebut yakni sebagai berikut :
a.Pemerintahan Republik Indonesia memberikan mandat melalu radiogram kepada Menteri Kemakmuran Mr.Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia(PDRI) dibukittinggi,Sumatra.
b.Presiden dan Wapres tetap tinggal didalam kota agar tetap dekat dengan KTN dengan resiko ditawan Belanda.
c.Pemimpin TNI akan menyingkir keluar kota untuk melaksanakan perang gerilya dengan membentuk wilayah komando di Jawa dan Sumatra.
Agresi Militer Belanda 2 ini mengundang reaksi dan kecaman dari dunia internasional.Belanda dinilai selalu mengganggu ketertiban dan perdamaian dunia.Belanda pun dianggap tidak menghormati setiap persetujuan yang dibuatnya.Oleh karena itu,Dewan Keamanan PBB mulai membicarakan agresi Belanda yang kedua ini.Dalam pertemuan tanggal 28 January 1949,Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang memerintahkan penghentian semua operasi militer Belanda dan penghentian semua aktivitas gerilya tentara Republik.
Selain mendapat tekanan dari DK PBB, aksi militer Belanda kedua ini ternyata tidak didukung oleh negara boneka buatannya sendiri.Negara Indonesia Timur dan Negara Pasundah mencela serta memprotes Agresi militer kedua ini.Demikian juga Amerika Serikat yang secara positif telah mengubah pandangan atas Indonesia,segera memberikan tekanan politik kepada Belanda.AS mengancam tidak akan memberikan bantuan dana dari program Marshall Plan kepada Belanda.
Akibat terus menerus mendapatkan tekanan politik dari dunia internasional dan semakin besarnya kemampuan pasukan Republik melancarkan serangn gerilya,akhirnya Belanda menerima resoulusi DK PBB.Resoulusi DK PBB itu telah mengakhiri aksi Belanda dalam agresi militer keduanya.

Daftar Pustaka
Poesponegoro. Marwati Dj. 1884. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI.
Jakarta: Balai Pustaka.

Ricklefs, M. C. 2007. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.


No comments:

Post a Comment