Pemberontakan PKI di Madiun Sebagai Kudeta atau Revolusi Sosial Semata

Oleh : Imantri Perdana / SI5

            Pemberontakan PKI di Madiun yang terjadi pada bulan September-Desember 1948 yang terjadi di Jawa Timur, sebenarnya peristiwa ini merupakan konflik ditengah-tengah revolusi nasional ditambah juga adanya revolusi social yang pernah terjadi di Langkat akibat gerakan Komunis pada maret 1946 yang dipicu oleh gerakan komunis yang hendak menghapuskan system kerajaan dengan alasan anti feodalisme, itu gerakan social yang khususnya terjadi di Sumatera terutama di Langkat, Sumatera Utara.
            Di jawa, Peristiwa Madiun pada saat itu hingga Orde Lama disebut sebagai Peristiwa bukan Pemberontakan setelah orde lama runtuh, dari nama Peristiwa Madiun diubah menjadi Pemberontakan PKI Madiun, pada saat itu adanya penculikan Tokoh-tokoh masyarakat Madiun yang memiliki pengaruh tapi sampai saat ini belum adanya kejelasan tentang peristiwa tersebut bahkan ada yang menduga sebagai rekayasa politik yang dilakukan oleh sebagian kalangan orde lama dan tuduhan PKI yang mendalangi Peristiwa tersebut.
            Dalam anggota PKI setiap melakukan tugas mereka selalu membawa sigaret (kertas rokok) yang nantinya bila dicelup air atau terkena air akan timbul pesan "dari Central Commite" tentu saja hal ini memiliki suatu telik sandi dalam perpolitikan Indonesia tapi ada yang aneh kemungkinan PKI atau ideology komunis dibanting kekanan untuk mengakui kedaulatan Indonesia, sebenarnya dalam Peristiwa Madiun merupakan suatu Coup de Ville yang merupakan kudeta local yang ada di suatu kota terutama Madiun.
Kudeta PKI di Madiun terjadi perlawanan fisik antara pihak Komunis dengan TNI karena diawali dengan diproklamirkan Negara Republik Sovyet Indonesia, tanggal 18 September 1948 di kota Madiun oleh Muso yang baru datang dari Uni Sovyet seorang Indonesia dengan nama asli Paul Mussotte atau Muso Manowar seorang pengikut Stalin bahkan dia sempat ditentang oleh Tan Malaka pada tahun 1926 karena mau menghidupkan partai.
Dalam hal ini pemerintah Belanda berpura-pura menawarkan bantuan untuk menumpas pemberontakan tersebut, namun tawaran itu jelas ditolak oleh pemerintah Republik Sovyet Indonesia  dengan kekuatan untuk menghadapi Pemerintah Republik Indoneisa, yang dituduh telah cenderung berpihak kepada Amerika Serikat (dan bukannya kepada Uni Soviet).
Pada bulan Mei 1948 bersama Soeripno, Wakil Indonesia di Praha, Muso, kembali dari Moskwa, Uni Soviet. Tanggal 11 Agustus, Muso tiba di Yogyakarta dan segera menempati kembali posisi di pimpinan Partai Komunis Indonesia. Banyak politisi sosialis dan komandan pasukan bergabung dengan Muso, antara lain Amir Syarifuddin|Amir Sjarifuddin Harahap, Setyadjit Soegondo dan kelompok diskusi Patuk.
Pada era ini aksi saling menculik dan membunuh mulai terjadi, dan masing-masing pihak menyatakan, bahwa pihak lainlah yang memulai. Banyak reska perwira TNI, perwira polisi, pemimpin agama, pondok pesantren di Madiun dan sekitarnya yang diculik dan dibunuh.tapi anehnya  pergerakan ini didukung oleh Menteri Pertahanan Amir Sjarifoeddin Harahap
Kelompok kiri menuduh sejumlah petinggi Pemerintah RI, termasuk Wakil Presiden Mohammad Hatta telah dipengaruhi oleh Amerika Serikat untuk menghancurkan Partai Komunis Indonesia hal inilah yang nantinya dwi tunggal telah tanggal karena Moh.Hatta tidak sejalan dengan politik Soekarno, sejalan dengan doktrin Harry S. Truman[1], Presiden AS yang mengeluarkan gagasan Teori Domino. Truman menyatakan, bahwa apabila ada satu negara jatuh ke bawah pengaruh komunis, maka negara-negara tetangganya akan juga akan jatuh ke tangan komunis, seperti layaknya dalam permainan kartu domino. Oleh karena itu, dia sangat gigih dalam memerangi komunis di seluruh dunia.
Sebelumnya pada 21 Juli 1948 telah diadakan pertemuan rahasia di hotel "Huisje Hansje" Sarangan, Plaosan, Magetan|sarangan, dekat Madiun yang dihadiri oleh Soekarno, Hatta, Soekiman Wirjosandjojo (Menteri Dalam Negeri), Mohamad Roem (anggota Masyumi) dan Kepala Polisi Soekanto Tjokrodiatmodjo, sedangkan di pihak Amerika Serikat hadir Gerald Hopkins (penasihat politik Presiden Truman), Merle Cochran (pengganti Graham yang mewakili Amerika Serikat dalam Komisi Jasa Baik PBB). Dalam pertemuan Sarangan, yang belakangan dikenal sebagai "Perundingan Sarangan", diberitakan bahwa Pemerintah Republik Indonesia menyetujui Red Drive Proposal (proposal pembasmian kelompok merah). Dengan bantuan Arturo Campbell, Soekanto berangkat ke Amerika Serikat guna menerima bantuan untuk Kepolisian RI. Campbell yang menyandang gelar resmi Atase Konsuler pada Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Jakarta, sesungguhnya adalah anggota Central Intelligence Agency (CIA), badan intelijen Amerika Serikat.
Selain itu dihembuskan isu bahwa Soemarsoso, tokoh Pesindo, pada 18 September 1948 melalui radio di Madiun telah mengumumkan terbentuknya Pemerintah Front Nasional bagi Karesidenan Madiun. Namun Soemarsono kemudian membantah tuduhan yang mengatakan bahwa pada dia mengumumkan terbentuknya Front Nasional Daerah (FND) dan telah terjadi pemberontakan PKI. Dia mengatakan bahwa FND dibentuk sebagai perlawanan terhadap ancaman dari pemerintah pusat.
Pada 19 September 1948, Presiden Soekarno dalam pidato yang disiarkan melalui radio menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, untuk memilih: Muso atau Soekarno-Hatta. Maka pecahlah konflik bersenjata, yang pada waktu itu disebut sebagai Madiun Affairs (Peristiwa Madiun), dan di zaman Orde Baru kemudian dinyatakan sebagai pemberontakan PKI sedangakan Amir Sjarifoeddin waktu Peristiwa madiun sedang mengadakan pertemuan dengan SBKA (Serikat Buruh Kereta Api).
Pada akhir pertempuran kelompok PKI Madiun diserang dari dua arah oleh Kodam Siliwangi atas perintah Kol.Gatot Sobroto yang diangkat menjadi Gubernur militer wilayah II untuk wilayah Semarang dan Surakarta tanggal 15 September 1948 dari arah barat sedangkan arah timur oleh Kol.Soengkono serta pasukan Mobile Brigade Besar Jawa Timur oleh M.Yasin.
Panglima Besar Soedirman menyampaikan kepada pemerintah, bahwa TNI dapat menumpas pasukan-pasukan pendukung Muso dalam waktu 2 minggu. Memang benar, kekuatan inti pasukan-pasukan pendukung Muso dapat dihancurkan dalam waktu singkat. Tanggal 30 September 1948, kota Madiun dapat dikuasai seluruhnya. Pasukan Republik yang datang dari arah timur dan pasukan yang datang dari arah barat, bertemu di otel Merdeka di Madiun.
 Namun pimpinan kelompok kiri beserta beberapa pasukan pendukung mereka, lolos dan melarikan diri ke beberapa arah, sehingga tidak dapat segera ditangkap. Baru pada akhir bulan November 1948 seluruh pimpinan dan pasukan pendukung Muso tewas atau dapat ditangkap. Sebelas pimpinan kelompok kiri, termasuk Amir Syarifuddin Harahap, mantan Perdana Menteri RI, dieksekusi pada 20 Desember 1948 di makam Ngalihan, atas perintah Kol. Gatot Subroto. Disini terlihat keanehan bahwa seharusnya menteri yang melakukan sebuah Coup harus dihadiri oleh Presiden di Mahmillub (Mahkamah Militer Luar Biasa) bukan atas perintah seorang Kolonel. Pada tanggal 30 oktober 1948 wilayah Madiun telah direbut, Disini Muso tewas terbunuh pada tanggal 31 Oktober 1948 ketika rombongannya bertemu TNI dan menembaknya sedangkan Amir Sjarifoeddin ditembak oleh anggota TNI di Desa Ngalihan.
Bila seandainya jabatan Amir Sjarifoeddin telah dicopot kenapa Presiden tidak bertindak tegas apa ada Manuver politik yang dilakukan oleh Pihak Amerika dan Uni Sovyet yang takut akan adanya teori domino, kenapa seorang Menteri Pertahanan dieksekusi oleh anak buahnya sendiri yang sebagian besar adalah TNI dan bagaimana sikap Soekarno sebagai Presiden terhadap Peristiwa Madiun, sepertinya ada yang mengacak politik Indonesia yaitu menggoyahkan prisnip Soekarno, mungkin harus dibuka kembali arsip nasional tentang peristiwa madiun yang hanya sebagai Coup de Ville menjadi Coup de e tat ada kata dari salah seorang Istri Soekarno sewaktu adanya G 30 S/PKI(Gestapo/Gestok) bahwa "jangan ke madiun karena disana sarang Komunis".
  
Daftar Pustaka /Referensi
-          Asvi Warman Adam.2007."Seabad Kontroversi". KDT Penerbit Ombak : Yogyakarta
-          M.C Ricklefs.1981."Sejarah Modern Indonesia". UGM Press :Yogyakarta 
-          Cindy Adams.1961."Soekarno Penyambung Lidah Rakyat". Yayasan Bung Karno : Jakarta



[1] Harry S. Truman merupakan orang yang sangat antikomunis bahkan keras terhadap ideology tersebut bahkan tidak sejalan dengan Josef Stalin

No comments:

Post a Comment