PENDIDIKAN DI PROVINSI RIAU PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG

 BENI BOPINDO SR

Pendidikan umum di daerah riau berjalan seperti biasa, hanya saja kurikulum di riau pada masa penjajahan jepang diadakan perubahan- perubahan disesuaikan dengan tujuan perang asia timur raya pada saat itu. Titik berat pendidikan jepang di daerah riau lebih diarahkan belajar bahasa jepang, bercocok tanam, bergotong royong (kingrohosi).
Disamping itu jepang juga mengadakan pendidikan khusus untuk para pegawai dan membuka pula
sekolah pegawai menengah dan tinggi (setingkat akademi). Sistem pendidikan yang diterapkan oleh jepang di riau tidak terlepas dari maksud dan tujuan pendidikan untuk kepentingan militernya. Jepang juga mengawasi kurikulum sekolah secara kasar demi untuk tegakkan perjuangannya. Peraturan sekolah pada masa pemerintahan jepang sangat disiplin dank eras pada masa itu.
Semua pelajar pria diwajibkan mengundulkan kepala sampai licin, dan apabila peraturan itu dilanggar maka pelajar yang tidak patuh tersebut akan dihukum seharian penuh dengan cara dijemur dipanas matahari dan yang paling berkesan dan agak mengerikan adalah keharusan member hormat pada serdadu-serdadu jepang pada saat itu.
Jika melewati pos-pos penjagaan (piket) diharuskan berhenti dengan menunduk badan sampai 90 derajat,kalau hal tersebut dilanggar dan kebetulan dilihat oleh serdadu yang sedang piket maka akan dipanggil dan ditempeleng. Secara umum kehidupan pendidikan sangat merosot jika dibandingkan dengan masa pemerintahan pada zaman belanda menjajah di indonesia.
Kemerosotan itu bukan dari aspek kualitatif tetapi juga aspek kuantitatif. Diantara mata pelajaran pokok ialah bahasa jepang (Nippon go) dan baris- berbaris dengan aba-aba dalam bahasa jepang. Mata pelajaran lain tidak penting asal dapat mengerti Nippon go dan bersikap hormat kepada jepang.[1]
Khusus latihan kemiliteran atau kroyen, pelajaran moral (seishin), pekerjaan praktis(sagyo), dalam bahasa jepang mencerminkan adanya keinginan yang kuat dari pemerintahan militer untuk mengindoktrinasi anak-anak menurut model jepang. Latihan militer dan pelajaran moral adalah merupakan dua pelajaran pokok yang paling penting dalam pendidikan dijepang pada masa perang. Disamping latihan kemiliteran, pelajaran moral, pelajaran praktis dan bahasa jepang juga ditekankan adalah pendidikan jasmani. Setiap pagi menjelang pelajaran dimulai di sekolah, seluruh murid berkumpul dihalaman sekolah untuk melakukan senam gerakan jepang yang diberi nama (taiso), yang terdiri dari serangkaian olah tubuh , sebelum dan sesudah taiso, dinyanyikan lagukebangsaan jepang kimigayo dan para murid harus menghormati istana kaisar di Tokyo (seikeirei).
Jepang juga berkeinginan untuk mengajarkan bahasa jepang kepada masyarakat riau seluas mungkin, dengan maksud semua murid memahami kehidupan semangat dan kebudayaan jepang. Salah satu sarana yang dipakai untuk mempengaruhi kaum muda ialah sarana pendidikan umum dan pendidikan khusus.
Pendidikan umum adalah sekolah-sekolah yang ada pada masa pendudukan tentara jepang adalah pendidikan dasar, pendidikan kejuruan. Sedangkan pendidikan khusus adalah latihan-latihan yang diadakan oleh jepang di daerah riau.[2]
Adapun sekolah-sekolah yang didirikan di riau pada masa penjajahan jepang dibagi menjadi dua kategori, yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal sebagai berikut:
1.      Sekolah dasar
 Pada zaman pendudukan jepang semua sekolah rendah dizaman belanda dijadikan
Sekolah rendahan di zaman belanda dijadikan sekolah rakyat yang lamanya enam tahun yang ketika itu popular dengan nama "kokumin gakko".Jepang mengadakan penyeragaman nama sekolah rakyat tersebut adalah untuk mempermudahkan pengawasan terhadap sekolah tersebut baik dalam isi maupun pemyelanggaraanya. Sekolah ini dahulunya juga terdapat di daerah pasar bawah pekan baru.
2.      Sekolah menengah dan kejuran
Pada tahun 1943 didirikan sekolah latihan guru di daerah taluk kuantan. Murid-murid yang diterima adalah tamatan dari HIS, lama pendidikannya adalah dua tahun. Sebagai kepala sekolah ditunjuk sariamin. Asrama yang dahulunya diperuntukkan bagi murid- murid meisyes sekarang digunakan untuk asrama sihan gakko. Sekolah itu terutama bertujuan untuk memberikan pelajaran tentang kebudayaan jepang yang diperlukan bagi tenaga guru pada saat itu.
Pemerintahan jepang mengadakan latihan bagi guru-guru dengan maksud untuk mendoktrinasi mereka dalam hakko ichiu (delapan benang dalam satu atap) yang artinya adalah membentuk suatu lingkungan dengan didominasi oleh pemerintahan jepang yang berkuasa di daerah riau pada saat itu.[3]
3.      Cu gakko
Sekolah cu gakko didirikan pada tahun 1943 di daerah taluk kuantan. Guru-gurunya didatangkan dari daerah sumatera barat.dan sekolah ini bisa dikategorikan sebagai sekolah menengah pertama pada masa itu.
4.      Naka sumatera sekiyu kagio sakko
Sekolah ini didirikan di daerah air molek oleh jepang untuk mendidik pegawai-pegawai tambang minyak bumi. Pelajaran yang diberikan adalah yang berhubungan dengan pertambangan dan ditambah dengan pelajaran kemiliteran,telegrafis dan bahasa jepang. Sekolah ini berhasil menamatkan satu angkatan yang berjumlah 140 orang yang kemudian ditempatkan di tambang mnyak minas dan daerah duri.
5.      Sekolah komunikasi
Pada zaman penjajahan jepang didaerah riau berpusat disyonan to (singapura). Untuk pendidikan tenaga komunikasi oleh jepang dibuka sekolah di daerah singapura dan dari riau dikirim basrul jamal yang kemudian bekerja di kantor PTT di daerah pekan baru.
6.      Pendidikan militer.
Masa pendudukan jepang banyak diadakan latihan-latihan militer. Antara lain adalah GYU GUN, GYU SHOI, HEI HO, SHEINENDAN, KEIBONDAN, KENSEI GAKKO IN dan YUNSYA.
7.      Sekolah juru rawat
Atas usul gunco wan abdurrachman dan Dr. aziz kepada jepang dibuka sekolah juru rawat pertama di daerah pekan baru. Siswa yang di didik adalah dua utusan dari setiap GUN CO dan lama pendidikan dua tahun. Jumlah siswa angkatan pertama adalah 15 orang. [4].
Secara umum pada masa penjajahan jepang guru-guru yang mengajar pada lembaga pendidikan jepang adalah guru-guru yang telah memperoleh CVO, kweekschool. Perbedaannya pada masa pendudukan jepang guru-guru di daerah riau diberikan pelatihan mengenai indoktrinasi mental ideologi yang bertujuan menjepangkan orang indonesia khususnya daerah riau pada saat itu.
Sementara jika dilihat dari lembaga pendidikan di rensei gakko in, guru-guru yang bertugas membina lembaga pendidikan tersebut adalah kirihara (kepala sekola), juru siregar, guru yang merangkap syakan atau kepala asrama, amir hamzah, zainal arifin dan j. hutapea untuk di daerah pekan baru pada masa itu.
Pendidkan ini juga dibantu oleh beberapa guru yang tidak tetap dari kantor chokan. Kirihara sebagai wamil wajib militer jepang pada saat itu mempunyai pendidikan yang cukup tinggi pada saat itu. Selain bertugas sebagai kepala sekolah ia juga mengajarkan bahasa dan semangat jepang, sejarah vesri jepang hakko ichiu.[5]

Notes:
1.      Ahmad yusuf dkk.2004. sejarah perjuangan rakyat riau 1942-1958, percetakan unri press:pekan baru hal:63
2.      Ahmad yusuf dkk.2004. sejarah perjuangan rakyat riau 1942-1958, percetakan unri press:pekan baru hal:64
3.      Nanik susianti.2002. skripsi tentang pelaksanaan sitem pendidikan jepang di riau, skripsi:pekan baru hal:39
4.      Ahmad yusuf dkk.2004. sejarah perjuangan rakyat riau 1942-1958, percetakan unri press:pekan baru hal:65
5.      Nanik susianti.2002. skripsi tentang pelaksanaan sitem pendidikan jepang di riau, skripsi:pekan baru hal:49

Daftar pustaka:
1.      Ahmad yusuf dkk.2004. sejarah perjuangan rakyat riau 1942-1958, percetakan unri press:pekan baru.
2.      Nanik susianti.2002. skripsi tentang pelaksanaan sitem pendidikan jepang di riau, skripsi:pekan baru 

No comments:

Post a Comment