Muhammadiyah sebelum kedatangan Jepang ( masa penjajahan Belanda tahun 1912-1942 )

SRI OKTAVIANI/SI4

A.    Sejarah berdirinya Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di kampung Kauman Yogyakarta pada 8 Dzulhijjah 1330 H/8 November 1912 oleh Muhammad Darwis yang kemudian dikenal sebagai K.H Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan umat islam pada waktu itu dalam keadaan jumud yaitu beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran islam yang sebenarnya yang berdasarkan oleh Al-Qur'an dan Hadist.

Kelahiran dan keberadan Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas dan merupakan manifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan kyai Haji Ahmad Dahlan yang menjadi pendirinya.setelah menunaikan ibadah haji tanah suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih perubahan di tanah air. Gagasan pembaharuan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama indonesia yang bermukim di Mekah seperti:
a.       Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau
b.      Kyai Nawawi dari Banten
c.       Kyai Mas Abdullah dari Surabaya
d.       Kyai Fakih dari Maskumambang
Kelahiran Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi untuk mengaktualisasikan gagasan-gagasannya merupakan hasil interaksi Kyai Dahlan dengan kawan-kawan darri organisasi Boedi Oetomo yang tertarik dengan masalah agama yang diajarkan Kyai Dahlan yakni: R. Budihardjo dan R. Sosrosugondo. Gagasan itu juga merupakan saran dari salah seorang siswa Kyai Dahlan di Kweekscoll Jetis di mana Kyai Dahlan mengajar agama pada sekolah tersebut secara ekstrakulikuler, yang sering datang ke rumah Kyai dan menyarankan agar kegiatan pendidikan yang dirintis Kyai Dahlan tidak diurus oleh Kyai sendiri tetapi oleh suatu organisasi agar terdapat kesinambungan setelah Kyai wafat.

Maka pada tanggal 18 november 1912 bertepatan dengan 8 Dzulhijjah 1330 Hijriah di yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi yang bernama "MUHAMMADIYAH" organisasi baru ini diajukan pengesahannya pada tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim "statuen  Muhammadiyah" ( angggaran dasar Muhammadiyah yang pertama tahun 1912 ). Untuk menyusun anggaran dasar Muhammadiyah banyak mendapat bantuan dari R. Sosrosugondo guru bahasa Melayu Kweekschool Budi Utomo, rumusannya dibuat dalam bahasa Belanda dan Melayu. Yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada tanggal 22 Agustus 1914. Surat permohonan kepada Gubernur jenderal Hindia Belanda tersebut berisi agar persyarikatan mempunyai izin resmi dan diakui sebagai badan hukum dengan wilayah se-Jawa sampai Madura.
Surat tersebut juaga dilampirkan anggaran dasarnya, namun pemerintah Hindia Belanda sangat berhati-hati menanggapinya. Oleh karena itu Gubernur Jenderal lalu mengirim surat permintaan pertimbangan kepada 4 pejabat yaitu:
a.       Direktur Van Justite
b.      Adviseur Voor Indlandsche Zaken
c.       Residen Yogyakarta
d.      Sri Sultan Hamengkubowono VI
Surat untuk Sri Sultan dari Residen Yogyakarta diteruskan kepada Rijksbestuurder ( pepatih dalem  Sri Sultan ) oleh karena surat tersebut mengenai urusan agama maka diteruskan kepada  Hoofd Penghulu, waktu itu penghulu dijabat oleh H. Muhammad Khalil Kamaludiningrat .
Residen Yogyakarta Liefrinck pada tanggal 21 April 1913 menyurati Gubernur Jenderal bahwa Ia menyetujui permohonan Muhammadiyah. Namun dengan catatan kata " Jawa dan Madura "diganti dengan " residentie Yogyakarta", daerah kelahirannya. Gubernur Jenderal Idenburg meminta Hoodhestuur Muhammadiyah untuk mengubah kata-kata "Jawa dan Madura " menjadi " Residentie Yogyakarta " tertera dalam statuen artikel 2,4 dan 7.
Hal ini dipenuhi setelah rapat anggota tanggal 15 Juni 1914. Demikianlah proses surat menyurat selama 20 bulan dengan pemerintah Hindia Belanda, akhirnya Muhammadiyah diakui sebagai badan hukum resmi. Tertuang dalam Gouvernement Besluit tanggal 22 Agustus 1914 no.81 beserta lampiran Statuennya.
Sejak resmi diakui itu, 4 pemimpin Muhammadiyah yang tampil menjadi pemimpin selama periode 1912-1914 sebagai berikut:
a.         K.H Ahmad Dahlan( 1912-1923 )
Merupakan masa perintisan , pembentukan jiwa dan amal usaha organisasi Muhammadiyahyang mendapat kedudukan terhormat pemerintah karena pergerakan islam yang modern.
b.         K.H Ibrahim ( 1923-1932 )
K.H Ibrahim adalah adik Nyai Walidah/ Nyai Ahmad Dahlan. Beliau adalah adik ipar K.H Ahmad Dahlan, merupakan ulama pondok pesantren tidak pernah mengenyam pendidikan model barat. Pada masa itu Muhammadiyah makin berkembang dan meluas hingga luar jawa.lalu terbentu Majelis Tarjih, mengadakan penelitian pengembangan hukum-hukum agama.para pemuda mendapat bentuk organisasi yang nyata. Berdirinya Nasyiyatul Aisyiyah dan pemuda Muhammadiyah
c.    K.H Hasyim ( 1932-1936 )
       bidang pendidikan mendapat perhatian yang besar. Diadakan juga penertiban dan pemantapan administrasi organisasi, jadi Muhammadiyah lebih kuat dan lincah.
e.       K.H Mas Mansur ( 1936-1942 )
Pengukuhan kembali hidup beragama dan penegasan paham agama dalam Muhammadiyah.Wujudnya pengaktifan Majelis Tarjih yang mampu merumuskan " Masalah Lima " mengenai dunia, agama, qiyas, sabilillah dan ibadah. Dan disusun pula " Langkag Dua Belas "
a.       Memperdalam masuknya iman
b.      Memperbuahkan paham agama
c.       Memperbuahkan budi pekerti
d.      Menuntun amal intiqad
e.       Menguatkan persatuan
f.       Menegakkan keadilan
g.      Melakukan kebijaksanaan
h.      Menguatkan Majelis Tanwir
i.        Mengadakan konferensi bagian
j.        Mengawasi gerakan jalan
k.      Mempermusyawaratkan putusan
l.        Mempersambungkan gerakan luar

B.     Visi Dan Misi Organisasi Muhammadiyah
1.      Visi
Muhammadiyah sebagai gerakan islam yang bertandaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqamah dan aktif dalam melaksanakan dakwah islam amar ma'ruf nahi mungkar di semua bidang dalam upaya mewujudkan islam sebagai rahmatan lil'alamin menuju terwujudnya masyarakat islam yang sebenarnya.
2.      Misi
Muhammadiyah sebagai gerakan islam , dakwah amar ma'ruf nahi mungkar memiliki misi :
a.       Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah SWT yang dibawa ooleh para rasul sejak Nabi Adam as sampai nabi Muhammad SAW
b.      Memahami agama dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan
c.       Menyebar luaskan ajaran islam yang bersumber dari Al –Qur'an sebagai kitab Allah terakhir dan sunnah Rasul untuk pedoman hidup umat manusia.
d.      Muwujudkan amalan-amalan islam dalam kehidupan pribadi , keluarga dan masyarakat.


Daftar Pustaka:
1.      Pengantar Sejarah Indonesia, oleh Sartono Kartodirdjo, penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
2.      Ajisaka, Arya (2010) ,mengenal pahlawan indonesia, jakarta:kawan pustaka.
3.      IPS Sejarah untuk SMP/MTs Semester 2 kelas IX  oleh Matra Penerbit : Media Pressindo
6.      K.H Ahmad Dahlan.blogspot.com/.../biografi

No comments:

Post a Comment