ARSITEKTUR BANGUNAN MELAYU DI KABUPATEN SIAK yaitu ISTANA SIAK SRI INDRAPURA

FITRIANA RATIH A/PBM/FB
Sebuah kerajaan islam terbesar di Riau telah meninggalkan jejak cantik di muka bumi itulah yang berada di kabupaten Siak , Riau yaitu istana asseriyah hasyimiah yang berarti matahari dari timur atau yang sering disebut istana Siak sri indrapura. Ada beragam makna dari kata Siak, sebagian mengatakan itu berasal dari nama tumbuhan yang banyak terdapat di daerah ini yaitu yaitu Siak-Siak. Kata Siak Sri Inderapura dalam bahasa Sanskerta berasal dari kata sri (bercahaya), indra (raja), dan pura (kota atau kerajaan), secara harfiah bermakna pusat kota raja yang taat beragama. Dalam anggapan masyarakat Melayu bahwa kata Siak berarti sangat bertali erat dengan agama Islam, yaitu orang Siak adalah orang yang ahli agama Islam, jadi apabila seseorang hidupnya tekun beragama dapat dikatakan sebagai orang Siak.

 Istana Siak dibangun tahun 1886-1889 pada masa Sultan Assyaid Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifudin Sultan Siak Ke XI yang di arsiteki oleh seorang arsitek berkebangsaan jerman. Dinding istananya di hiasi keramik yang didatangkan langsung dari Prancis. Istana ini  berbahan batu bata yang di impor langsung dari singapura, walaupun sudah berumur ratusan tahun tapi masih berdiri kokoh hingga saat ini dan selalu ramai di kunjungi oleh wisatawan lokal maupun asing, baik pelajar maupun umum yang selalu meningkat setiap tahunnya.
Istana Asserayah Hasyimiah dibangun di atas tanah 2,5 h, selain istana di situ juga di bangun istana peraduan/istana kecil yang dulu berfungsi sebagai rumah sultan dan istrinya. Dibelakang istana kita juga bisa melihat sebuah bangunan yang bernama istana panjang yang dulu berfungsi sebagai rumah pelayan istana.
Istana Siak ini mirip dengan bangunan-bangunan yang terdapat di Maroko dan Arab. Istana Siak dibangun oleh arsitekturnya dengan perpaduan nuansa Arab, Melayu, dan Eropa. Dulunya istana ini digunakan untuk kediaman resmi sultan Siak. Namun, seiring dengan berakhirnya pemerintahan kerajaan Siak, istana ini pun beralih fungsi menjadi tempat wisata.
Istana ini memiliki denah persegi panjang. Di sisi kiri dan kanan depan istana berdiri 6 buah pilar, 2 buah masing-masing terdapat patung seekor burung garuda yang mengembangkan sayapnya dan dihiasi mahkota, bertengger di puncak pilar, sedangkan di pilar lainnya terdapat burung garuda tanpa mahkota. Pintu dan jendela berbentuk kubah dengan hiasan mozaik.
Simbol kerajaan berukiran naga yang berada di depan pintu masuk menjadi salah satu koleksi yang mampu menyedot perhatian. Menurut Zainuddin, penjaga istana Siak, naga yang dimaksud bukan merupakan kepercayaan yang bersumber dari Cina. "Hanya sebagai lambang kekuatan armada laut" 
Bangunan istana ini berlantai 2, dimana di lantai bawah terbagi menjadi 6 ruangan sidang, ruang tamu kehormatan, ruang tamu untuk laki-laki, ruang tamu untuk perempuan, dan ruang sidang kerajaan, sedangkan lantai atas terdapat empat ruangan berbetuk kamar berfungsi untuk istirahat sultan dan tamu. Dimana di dalam bilik bilik tersebut disimpan beragam peninggalan kerajaan, seperti alat memasak, alat menyimpan pakaian, bahkan di salah satu bilik masih tersimpan rapi pakaian dan sepatu permaisuri serta rompi yang digunakan sultan saat masih bayi.
Sedangkan 2 ruangan yang lainnya berbentuk aula. Kedua lantai dihubungkan dengan dua buah anak tangga berbentuk spiral, disebelah kanan istana untuk naik dan sebelah kiri istana untuk turun. Perlu diperhatikan bahwa  jumlah maksimal pengunjung di lanti atas maksimal 50 orang.
Di antara koleksi benda antic istana Siak adalah keramik dari Cina, Eropa, Kursi-kursi Kristal dibuat tahun 1986, patung perunggu Ratu Wihemina merupakan hadiah kerajaan Belanda, patung pualam Sultan Syarif Kasim I bermata berlian dibuat pada tahun 1889, perkakas seperti sendok, piring, gelas-cangkir berlambangkan kerajaan Siak masih terdapat dalam Istana.
Salah satu koleksi yang menarik yang terdapat di dalam istana ini adalah instrument musik yang bernama komet. Menurut Koordinator Pengelola istana Siak, Zainuddin, komet hanya terdapat di dua dunia (negara) yakni Indonesia dan Jerman. Komet yang ada di Jerman sudah tidak dapat digunakan lagi.
Komet tersimpan di lemari kayu setinggi tiga meter dan lebar sekitar satu meter. Pada bagian pemutar ditutup dengan pintu kaca berukir klasik bertuliskan Komet Goldenberg & Zeitlin. Koleksi piringan baja berisi aransemen musik klasik tersimpan di laci bawah dan terawatt dengan baik. Kotak musik ini menyimpan 17 keping piringan baja. Setiap piringan berdiameter 90 cm. piringan baja tersebut dibuat berlubang-lubang sesuai aransemen musiknya. 
Kotak musik ini tidak memakai listrik, untuk dapat menjalankannya, engkol pegas pada sebelah kiri bagian dalam Komet diputar dengan tangan. Setelah itu piringan baja terputar dan jarum-jarum meniti lubang-lubang pada piringan untuk menghasilkan bunyi. Suaranya jernih, mirip piano. Untuk satu putaran piringan membutuhkan waktu antara 10-15 menit. 
Kepala bidang kebudayaan dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten siak, said muzani menuturkan, dulunya komet ini digunakan untuk menghibur Sultan dan para tamu kerajaan saat istirahat setelah pertemuan. Karenanya, tempat komet berada di ruang pertemuan Istana Siak. Karena usia komet yang sudah tua, maka saat ini hanya di operasikan saat ada tamu khusus saja.
Selain barang yang sudah disebutkan, Istana berlantai dua dan memilki bunker ini juga menyimpan beberapa peninggalan berharga. Antara lain, meriam, ketipung, replika burung elang, serta piagam penghargaan Gelar Pahlawan untuk Sultan Syarif Kasim II yang diberikan Presiden BJ Habibie pada 6 November 1998. Untuk mengharumkan ruangan ini, sultan menggunakan kayu cendana atau gaharu.
Tak ketinggalan pula lemari besi berwarna hitam yang konon katanya adalah milik sultan, lemari besi ini tingginya kira-kira lebih dari satu meter mirip dengan brankas di zaman sekarang. Sampai sekarang belum ada satupun ahli kunci yang mampu membuka lemari besi tersebut. Pengurus istana menghormati kepemilikan lemari sultan sehingga tidak dibuka secara paksa.
Benda 'keramat' yakni Lemari Besi Baja hitam yang diperkirakan beratnya berton-ton. Dikatakan pengurus Istana yang lain yakni Yusri, lemari tersebut menjadi 'misteri' karena tak ada satupun yang tahu apa isi lemari tersebut. Disebut-sebut lemari tersebut oleh Sultan Syarif Kasim Tsani (Sultan Syarif Kasim II) dijadikan tempat untuk menaruh barang-barang rahasia.
Diceritakan Yusri yang sejak tahun 1995 telah bekerja di Istana Siak, bahwa kunci lemari besi baja tersebut dibuang oleh Sultan Kasim Tsani. Kunci tersebut dibuang karena Sultan Kasim merasa tak bisa mewariskan kunci tersebut karena tak memiliki keturunan baik dari Permaisuri Pertama Tengku Agung maupun dari Permaisuri Kedua Tengku Maharatu.
Singkat cerita, setelah Sultan Kasim Tsani wafat di Rumbai pada tahun 1968, lemari besi setinggi kurang lebih 160 cm dengan lebar 90 cm itu berusaha untuk dibuka. Sejumlah juru kunci hingga 'orang pintar' pun didatangkan untuk membuka lemari tersebut.
Berbagai upaya dilakukan untuk membuka tetapi tidak bisa. Ahli kunci orang pintar, terakhir dibor tidak bisa dibuka. Dibor juga tidak berhasil. Sampai saat ini masih utuh.
Meski tak ada seorang pun yang tahu apa isi didalam lemari tersebut, namun diduga di dalamnya terdapat dokumen-dokumen perjanjian rahasia antara Sultan dengan Caltex. Benda lain yang diperkirakan ada didalam lemari tersebut yakni emas atau berlian. Namun hal tersebut hanyalah dugaan.
Kalau lemari tersebut terbuka, maka fitnah pastilah akan datang. Kalau di buka ramai-ramai tapi kosong apa yang akan dikatakan oleh ahli warisnya nanti. Sementara itu Tokoh Masyarakat Kabupaten Siak yang juga ahli waris keluarga istana, Romainur menegaskan bahwa lemari besi tersebut tak diizinkan dibuka hingga kapan pun. Meskipun ada desakan untuk dibuka.
Begitu memasuki bagian dalam istana, terdapat patung-patung yang ditata dengan menggambarkan keadaan kerajaan tempo dulu. Yaitu gambaran dimana sang Sultan sedang duduk di apit oleh pengawal dan wakil-wakilnya.
Selanjutnya, terdapat ruang makan yang mewah sekali. Ruangan ini dikelilingi oleh cermin-cermin besar dan berbagai keramik yang berusia ratusan tahun dan merupakan peninggalan asli dari kerajaan Siak
Di salah sudut ruang tengah istana, ada pula cermin milik permaisuri yang terbuat dari Kristal. Bentuk cerminnya sangat klasik. Cermin berukuran sedang ini bukan terbuat dari kaca, melainkan hasil tumbukan kristal yang diberi kekuatan zikir.
Properti ini dibuat di Turki sekitar tahun 1700-an. Cermin ini merupakan hadiah dari Kekhalifahan Utsmani lantaran keduanya memiliki kesamaan dalam menjalankan pemerintahan berdasarkan semangat keislaman. Ketika belum ada bedak, istri sultan menjadikan beras yang ditumbuk sebagai penghias wajahnya dan selalu bercermin di cermin tersebut. Berkembang kisah di masyarakat barang peninggalan berharga itu dilabeli sebagai cermin awet muda. Tidak diketahui pasti mengapa bisa muncul isu seperti itu.
Namun cerita sudah berkembang kemana-mana.
Di wing kanan terdapat meja panjang yang merupakan meja pertemuan. Meja ini terasa megah dengan kehadiran perabotan lainnya seperti vas bunga dan lampu Kristal.
Di wing kiri terdapat berbagai peninggalan istana sejak dulu kala. Ada piring makan dan alat makan lainnya yang dipesan khusus dari Eropa. Ada pula beberapa peninggalan surat surat sejak masa pemerintahan kerajaan Siak dan berbagai atribut kerajaan tempo dulu, seperti payung kerajaan.
Di beberapa sudut ruangan terdapat foto-foto sultan Siak beserta permaisurinya dan foto-foto kegiatan selama masa pemerintahan kerajaan.
Semua barang-barang peninggalan kerajaan Siak tersimpan di istana dengan kondisi yang msih sangat bagus. Di simpan dalam kotak kaca yang terkunci rapat serta disiapkan pula penjelsan singkat mengenai barang tersebut.
Di luar bangunan istana, terdapat kereta kencana dan replika perahu yang digunakan Sultan Syarif Kasim II ketika mengelilingi Benua Biru dan Timur Tengah. Sultan Siak terakhir ini memang memiliki kegemaran mengunjungi beberapa Negara Eropa untuk menimba ilmu. Terdapat pula sebuah gardu bundar berukuran kecil yang kondisinya masih bagus, yang sekarang fungsinya mirip pos satpam
Ketika Soekarno-Hatta memproklamasikan Republik Indonesia, Kesultanan Siak Sri Indrapura langsung mengakui lahirnya sebuah negara baru.
Sultan Syarif Kasim II (1893-1968) secara ikhlas menyerahkan seluruh wilayah kedaulatannya. Kekuasaan Kesultanan Siak Sri Indrapura mencakup pesisir timur Sumatra, Semenanjung Malaka, dan di daratan hingga ke Deli Serdang, Sumatra Utara.
Selain hak penguasaan tanah, semua harta kekayaan dan properti yang dimilikinya diberikan untuk perjuangan kemerdekaan RI. Termasuk kompleks Istana Asherayah Al-Hasyimiyah juga dihibahkan sebagai bentuk dukungan atas kemerdekaan Indonesia. Istana Asherayah Al-Hasyimiyah letaknya tepat di depan Alun-Alun Kabupaten Siak.
Tidak hanya itu, uang kas kesultanan sebesar 13 juta gulden juga diberikan kepada duo proklamator Indonesia. Dengan penghitungan kurs pada 2011, uang 13 juta gulden itu setara dengan 69 juta euro atau sekitar Rp 1,074 triliun. Adapun, salah satu bukti warisan tanah yang diberikan kepada negara adalah lahan yang masuk area Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II di Pekanbaru
Pada tahun 1997 Sultan Syarif Kasim II mendapat gelar Kehormatan Kepahlawanan sebagai seorang Pahlawan Nasional Republik Indonesia. Makam Sultan Syarif Kasim II terletak ditengah Kota Siak Sri Indrapura tepatnya disamping Mesjid Sultan yaitu Mesjid Syahabuddin.

DAFTAR PUSTAKA
___________, 1997. Sultan Syarif Kasim II, Sultan Siak Sri Indrapura (1915-1945), Calon Pahlawan Nasional, Pemda TK II Bengkalis.
Ahmad Yatim, 1989. Inventarisasi Benda-benda Koleksi Bersejarah Dalam Istana Siak Sri Indrapura, Mimeo, Pekanbaru
Tenas Efendi, 1993. Lintasan Sejarah Kerajaan Siak Sri Indrapura, BPKD Riau, Pekanbaru.

No comments:

Post a Comment