PARTAI KOMUNIS INDONESIA (PKI)

KIKI AMALIA

 

Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah partai politik di Indonesia. PKI berdiri tanggal 23 Mei 1920. PKI adalah partai komunis non-pengusaha terbesar di dunia setelah Rusia dan Tiongkok sebelum akhirnya ddi hancurkan pada tahun 1965 dan dinyatakan sebagai partai terlarang pada tahun berikutnya. Dalam melaksanakan programnya PKI berpegangn teguh pada kebijakan Komintern (Komunis Internasional). Sesuai dengan kebijakannya, PKI menyusup ke partai-partai lain pada saat itu. Terutama Sarekat Islam sebagai organisasi massa terbesar pada saat itu.

Sewaktu Komintern memutuskan untuk menentang Pan Islamisme, anggota PKI membentuk kubu Sarekat Islam Prokomunis. Kubu ini berpusat  di Semarang di bawah pimpinan Semaun dan Darsono.

Akibat dari ulah PKI, Sarekat Islam terpecah menjadi dua yaitu, Sarekat Islam Merah (sebutan SI proKomunis) dan Sarekat Islam Putih (sebutan SI nonKomunis). Peristiwa ini menandai berdirinya PKI sebagai organisasi yang berdiri sendiri. [1]

PKI selalu berupaya mendapatkan pengaruh dalam masyarakat. Salah satunya yaitu upaya melakukan inflitasi dalam tubuh Sarekat Islam. Inflitasi tersebut dilakukan dengan mudah karena adanya beberapa faktor yaitu sebagai berikut.

a.       Adanya kemelut dalam tubuh Sarekat Islam, yaitu Belanda lebih memberi pengakuan kepada cabang Sarekat Islam lokal

b.      Adanya disiplin partai dalam Sarekat Islam, yaitu anggota Sarekat Islam yang merangkap sebagai anggota ISDV harus keluar dari Sarekat Islam.

Setelah berhasil menyusup dalam tubuh Sarekat Islam, jumlah anggota PKI semakin banyak dan pesat. Beberapa faktor yang memotivasi berkembangnya PKI yaitu sebagai berikut.

a.       Propagandanya yang sangat menarik

b.      Memiliki pemimpin yang berjiwa kerakyatan

c.       Pandai merebut massa rakyat yang tergabung dalam partai lain

d.      Sikapnya yang tegas terhadap pemerintah kolonial dan kapitalis

e.       Dikalangan rakyat terdapat harapan bahwa PKI bisa menggantikan Ratu Adil. [2]

 

Partai Komunis Indonesia didirikan atas inisiatif tokoh sosialis Belanda, Henk Sneevliet pada 1914, dengan nama Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda. ISDV pada dasarnya dibentuk oleh 85 anggota dari dua Partai Sosialis Belanda, yaitu SDAP (Partai Buruh Sosial Demokratis) dan SDP (Partai Sosial Demokratis) yang aktif di Hindia Belanda.

Tujuan didirikannya PKI adalah untuk menyebarkan paham Komunis-Sosialis yang menginginkan perbaikan nasib para buruh dan juga ketika pimpinan partai dipegang oleh kaum pribumi karena para pemimpin Eropanya ditangkap dan dideportasi oleh pemerintah kolonial Belanda, bertujuan untuk memerdekakan Indonesia dengan cara radikal.

Pada Oktober 1915 ISDV mulai aktif dalam penerbitan surat kabar berbahasa Belanda, "Het Vrije Woord" (Kata yang Merdeka). Editornya adalah Adolf Baars. Pada saat pembentukannya, ISDV tidak menuntut kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu, ISDV mempunyai sekitar 100 orang anggota dan dari semuanya itu hanya tiga orang yang merupakan warga pribumi Indonesia. Namun demikian, partai ini dengan cepat berkembang menjadi radikal dan anti kapitalis. Di bawah pimpinan Sneevliet, partai ini merasa tidak puas dengan kepemimpinan SDAP di Belanda, dan yang menjauhkan diri dari ISDV.

Pada tahun 1917 kelompok reformis dari ISDV memisahkan diri dan membentuk partai sendiri dengan nama Partai Demokrat Sosial Hindia. Pada 1917 ISDV mengeluarkan penerbitannya sendiri dalam bahasa Melayu, "Soeara Merdeka". Di bawah kepemimpinan Sneevliet, ISDV yakin bahwa Revolusi Oktober seperti yang terjadi di Rusia harus diikuti Indonesia.kelompok ini berhasih mendapatkan pengikut di antara tentara-tentara dan pelaut Belanda yang ditempatkan di Hindia Belanda. Dibentuklah Pengawal Merah dan dalam waktu tiga bulan jumlah mereka telah mencapai 3.000 orang. [3]

Pada akhir 1917, para tentara dan pelaut itu memberontak di Surabaya, sebuah pangkalan angkatan laut utama di Indonesia saat itu, dan membentuk sebuah dewan soviet. Para penguasa kolonial menindas dewan-dewan soviet di Surabaya dan ISDV. Para pemimpin ISDV dikirim kembali ke Belanda, termasuk Sneevliet. Para pemberontak di kalangan militer Belanda dijatuhi hukuman penjara hingga 40 tahun.

ISDV terus melakukan kegiatannya meskipun dengan cara bergerak di bawah tanah. Organisasi ini kemudian menerbitkan sebuah terbitan yang lain, Soeara Ra'jat. Setelah sejumlah kader Belanda dikeluarkan dengan paksa, ditambah dengan pekerjaan di kalangan Sarekat Islam, keanggotaan organisasi ini pun mulai berubah dari mayoritas warga Belanda menjadi mayoritas orang Indonesia. Pada 1919, ISDV hanya mempunyai 25 orang anggotanya dari jumlah keseluruhan kurang dari 400 orang anggota.

Sementara itu, ISDV membentuk blok dengan anti kolonialis Sarekat Islam. Banyak anggota SI seperti dari Surabaya, Semaun dan Darsono dari Solo tertarik dengan ide-ide Sneevliet. sebagai hasil dari strategi Sneevliet akan 'blok dalam', banyak anggota SI dibujuk untuk mendirikan revolusioneris yang lebih dalam Marxis-didominasi Sarekat Rakjat.

Pada Kongres ISDV di Semarang (Mei 1920), nama organisasi ini diubah menjadi Perserikatan Komunis Hindia (PKH). Semaun adalah ketua partai dan Darsono menjabat sebagai wakil ketua. Sekertaris, bendahara, dan tiga dari lima anggota komite adalah orang Belanda. PKH adalah partai komunis Asia pertama yang menjadi bagian dari Komunis Internasional. Henk Sneevliet mewakili partai pada kongres kedua Komunis Internasional 1921. [4]

Pada periode menjelang kongres keenam Sarekat Islam pada tahun 1921, anggota menyadari strategi Sneevliet dan mengambil langkah untuk menghentikannya. Agus Salim, sekretaris organisasi, memperkenalkan sebuah gerakan untuk melarang anggota SI memegang keanggotaan dan gelar ganda dari pihak lain di kancah perjuangan pergerakan Indonesia.

Keputusan tersebut tentu saja membuat para anggota komunis kecewa dan keluar dari partai, seperti oposisi dari Tan Malaka dan Semaun yang juga keluar dari gerakan karena kecewa untuk kemudian mengubah taktik dalam perjuangan pergerakan Indonesia.

Pada saat yang sama, pemerintah kolonial Belanda menyerukan tentang pembatasan kegiatan politik, dan Sarekat Islam memutuskan untuk lebih fokus pada urusan agama, meninggalkan komunis sebagai satu-satunya organisasi nasionalis yang aktif.

Bersama Semaun yang berada jauh di Moskow untuk menghadiri Far Eastern Labor Conference pada awal 1922, Tan Malaka mencoba untuk mengubah pemogokan nasional untuk mencakup semua serikat buruh Indonesia. Hal ini ternyata gagal, Tan Malaka ditangkap dan diberi pilihan diantara pengasingan internal atau eksternal. Dia memilih yang terakhir dan berangkat ke Rusia. [5]

Pada Mei 1922, Semaun kembali setelah tujuh bulan di Rusia dan mulai mengatur semua serikat buruh dalam satu organisasi. Pada tanggal 22 September, Serikat Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (Persatuan Vakbonded Hindia) dibentuk.

Pada kongres Komintern kelima pada tahun 1924, ia menekankan bahwa "prioritas utama dari partai-partai komunis adalah untuk mendapatkan kontrol dari persatuan buruh" karena tidak mungkin ada revolusi yang sukses tanpa persatuan kelas buruh ini. Pada tahun 1924 nama partai ini sekali lagi diubah, kali ini adalah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).

Pada Mei 1925, Komite Exec dari Komintern dalam rapat pleno memerintahkan komunis di Indonesia untuk membentuk sebuah front anti-imperialis bersatu dengan organisasi nasionalis non-komunis, tetapi unsur-unsur ekstremis didominasi oleh Alimin & Musso menyerukan revolusi untuk menggulingkan pemerintahan kolonial Belanda. Dalam sebuah konferensi di Prambanan, Jawa Tengah, serikat buruh perdagangan yang dikontrol komunis memutuskan revolusi akan dimulai dengan pemogokan oleh para pekerja buruh kereta api yang akan menjadi sinyal pemogokan yang lebih umum dan luas untuk kemudian revolusi akan bisa dimulai. Hal ini akan mengarah pada PKI yang akan menggantikan pemerintah colonial.

Pada November 1926 PKI memimpin pemberontakan melawan pemerintahan kolonial di Jawa Barat dan Sumatera Barat. PKI mengumumkan terbentuknya sebuah republik. Bersama Alimin, Musso yang merupakan salah satu pemimpin PKI di era tersebut sedang tidak berada di Indonesia. Ia sedang melakukan pembicaraan dengan Tan Malaka yang tidak setuju dengan langkah pemberontakan tersebut. Pemberontakan ini akhirnya dihancurkan dengan brutal oleh penguasa kolonial. Ribuan orang dibunuh dan sekitar 13.000 orang ditahan, 4.500 dipenjara, sejumlah 1.308 yang umumnya kader-kader partai diasingkan, dan 823 dikirim ke Boven Digul, sebuah kamp tahanan di Papua. Beberapa orang meninggal di dalam tahanan. Banyak aktivis politik non-komunis yang juga menjadi sasaran pemerintahan kolonial, dengan alasan menindas pemberontakan kaum komunis. Pada 1927 PKI dinyatakan terlarang oleh pemerintahan Belanda. Karena itu, PKI kemudian bergerak di bawah tanah.

Rencana pemberontakan itu sendiri sudah dirancang sejak lama. Yakni di dalam perundingan rahasia aktivis PKI di Prambanan. Rencana itu ditolak tegas oleh Tan Malaka, salah satu tokoh utama PKI yang mempunyai banyak massa terutama di Sumatra. Tan Malaka memprediksi bahwa pemberontakan akan gagal, karena menurutnya basis kaum proletar Indonesia adalah rakyat petani bukan buruh seperti di Uni Soviet. Penolakan tersebut membuat Tan Malaka di cap sebagai pengikut Leon Trotsky yang juga sebagai tokoh sentral perjuangan Revolusi Rusia. Walau begitu, beberapa aksi PKI justru terjadi setelah pemberontakan di Jawa terjadi. Semisal Pemberontakan Silungkang di Sumatra.

Pada masa awal pelarangan ini, PKI berusaha untuk tidak menonjolkan diri, terutama karena banyak dari pemimpinnya yang dipenjarakan. Pada 1935 pemimpin PKI Musso kembali dari pengasingan di Moskwa, Uni Soviet, untuk menata kembali PKI dalam gerakannya di bawah tanah. Namun Musso hanya tinggal sebentar di Indonesia. Kemudian PKI bergerak di berbagai front, seperti misalnya Gerindo dan serikat-serikat buruh. Di Belanda, PKI mulai bergerak di antara mahasiswa-mahasiswa Indonesia di kalangan organisasi nasionalis, Perhimpoenan Indonesia, yang tak lama kemudian berpihak pada PKI. [6]

 

Daftar Pustaka:

[1]        Sejarah Nasional Indonesia V. Balai Pustaka. Jakarta.

[2]        http://oraghadeg.blogspot.in/2012/04/partai-komunis-indonesia-pki-didirikan.html

[3]        http://perpustakaancyber.blogspot.in/2013/03/ejarah-berdirinya-partai-komunis-indonesia-pki-latar-belakang-tujuan-tokoh.html

[4]        Sudirman, Adi. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia. Jogjakartadi: Divapress.

[5]        K. Pringgodigdo, S. H., 1994.,  Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia., Jakarta: Dian Rakyat_Anggota Ikapi.

[6]        http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesia

 

No comments:

Post a Comment