PENGARUH PROPAGANDA GERAKAN 3A JEPANG DI INDONESIA

ARI GABRIEL SEBASTIAN

Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Kedatangan Jepang di Indonesia untuk menarik simpati Indonesia tidak sesulit ketika Belanda datang ke Indonesia dan Ingin menduduki wilayah Indonesia. Banyak hal yang dilakukan oleh Jepang untuk menarik simpati rakyat Indonesia. Salah satu cara yang dilakukan Jepang adalah dengan menerapkan suatu gerakan atau Propaganda. Propaganda Jepang di Indonesia menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia. Melancarkan semboyan 3A (Jepang pemimpin, Jepang cahaya dan Jepang pelindung Asia) Melancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar, berbentuk menarik simpati umat Islam untuk pergi Haji, Menarik simpati organisasi Islam, Melancarkan politik dumping, Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional Dengan cara membebaskan tokoh tersebut dari penahanan Belanda. Propaganda jepang ini melancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar, berbentuk menarik simpati umat Islam untuk pergi Haji, Menarik simpati

organisasi Islam, Melancarkan politik dumping, Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional Dengan cara membebaskan tokoh tersebut dari penahanan Belanda. Kedatangan pasukan Jepang dengan segala propagandanya merupakan mimpi buruk bagi bangsa Indonesia yang mengharapkan terbebas dari belenggu penjajahan. Berbagai tindakan pemerintahan bala tentara Jepang sangat menyengsarakan bangsa Indonesia, hal ini karena bangsa Jepang sangat bertindak sewenang-wenangnya dan Jepang melakukan pemerasan pada sumber daya alam dan sumber daya manusia masyarakat Indonesia. [1]

Dalam catatan sejarah, pada tahun 1868 Jepang mulai tumbuh dan berkembang menjadi negara modern. Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942  dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Sebelum meletusnya Perang Asia Timur Raya, Jepang memetakan wilayah Asia Tenggara menjadi 2 bagian,  Wilayah A, yaitu beberapa koloni Inggris, Belanda dan Amerika Serikat yang meliputi wilayah; Semenanjung Melayu, Kalimantan Utara Philipina dan Indonesia.  Wilayah B, yaitu koloni Perancis yang meliputi Vietnam, Laos dan kamboja. Jepang menguasai kawasan Asia Tenggara, khususnya wilayah A dengan tujuan; menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai sumber bahan mentah bagi industri perang dan pertahanannya. Jepang juga berusaha memotong garis perbekalan musuh yang berada di wilayah ini. Jepang memperoleh kemenangan mudah untuk menduduki Indonesia yang dikuasai Belanda pada bulan Januari 1942. Dimulai dari wilayah Tarakan Kalimantan Timur sebagai penghasil minyak bumi terbesar di Indonesia, berturut-turut kemudian wilayah Balikpapan, Ambon, Kendari, Pontianak dapat dikuasai pada bulan yang sama. Pada bulan februari 1942 Jepang berhasil menguasai Palembang. Untuk menguasai Indonesia, Jepang menggunakan 2 jalur,  Lewat Philipina , Tarakan, Balikpapan, Bali, Rembang, Indramayu,    Lewat Semenanjung Melayu, Palembang, Pontianak, Tanjung Priok

            Pada tanggal 5 Maret 1942 tentara Jepang berhasil menguasai Batavia. Karena semakin terdesak serta tidak adanya bantuan dari Amerika Serikat akhirnya Belanda terpaksa harus menyerah tanpa syarat kepada Jepang melalui Perjanjian Kalijati Subang Jawa barat pada tanggal 8 Maret 1942. Perjanjian ini ditandatangani oleh Jenderal Teerporten selaku wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Indonesia Tjarda Van Stackenborg Stackhouwer dengan Jenderal Immamura sebagai Pimpinan bala tentara Jepang di Indonesia. Setelah berhasil menguasai Indonesia, pemerintah bala tentara Jepang membagi Indonesia menjadi 3 bagian Wilayah I: terdiri atas Jawa dan Madura serta diperintah oleh Tentara Ke-enam belas, Rikugun (Angkatan Darat) yang berpusat di Jakarta, Wilayah II: terdiri atas Sumatera dan diperintah oleh Tentara Ke-duapuluhlima, Rikugun dengan markas di Bukit Tinggi (Sumatera Barat) , Wilayah III: terdiri atas Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Bali dan Nusa Tenggara, diperintah oleh Armada Selatan kedua Kaigun (Angkatan Laut) yang berpusat di Makasar. Sadar bahwa posisinya dalam menghadapi Perang Asia Timur Raya, pemerintah Bala Tentara Jepang berusaha untuk menarik simpati bangsa Indonesia dengan berbagai cara Mengklaim dirinya sebagai saudara tua bangsa Indonesia yang datang untuk melepaskan bangsa Indonesia dari cengkeraman penjajahan Belanda. [2]

            Berbagai bentuk cara pemerintah bala tentara Jepang untuk menarik simpati bangsa Indonesia pada masa awal kedatangannya di Indonesia, cukup mendapat sambutan yang baik dari bangsa Indonesia. Apalagi bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Jawa sangat percaya pada Ramalan Joyoboyo yang menyebutkan akan datangnya "Jago wiring kuning cebol kepalang soko wetan" yang akan berkuasa di Jawa seumur jagung.  Namun kedatangan pasukan Jepang dengan segala propagandanya tersebut merupakan mimpi buruk bangsa Indonesia yang mengharapkan terbebas dari belenggu penjajahan. Propaganda Jepang di Indonesia menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia. Melancarkan semboyan 3A (Jepang pemimpin, Jepang cahaya dan Jepang pelindung Asia). Melancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar, berbentuk menarik simpati umat Islam untuk pergi Haji, Menarik simpati organisasi Islam, Melancarkan politik dumping, Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional Dengan cara membebaskan tokoh tersebut dari penahanan Belanda. Selain propaganda, Jepang juga melakukan berbagai tindakan nyata berupa pembentukan badan-badan kerjasama seperti Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dengan tujuan membujuk kaum Nasionalis sekuler dan intelektual agar menyerahkan tenaga dan pikirannya untuk mengabdi kepada Jepang, Jawa Hokokai (Himpunan kebaktian Jawa) merupakan organisasi sentral dan terdiri dari berbagai macam profesi seperti dokter, pendidik, kebaktian wanita pusat dan perusahaan.

            Sebagai kedok mencari dukungan penduduk, Jepang medirikan gerakan Tiga A pada tanggal 29 April 1942, bertepatan dengan Hari Nasional Jepang yakni kelahir Kaisar Hirohito. Pendiri gerakan ini ialah Hitoshi Simizu, Kepala Sandenbu – Departemen Propaganda Pemerintahan Militer Jepang. Semboyan dan semangat Gerakan Tiga A itu adalah "Nippon cahaya Asia, Nippon pelindung Asia, Nippon pemimpin Asia". Dengan melalui surat kabar, selebaran, dan siaran radio, sehingga dengan cepat terdengar di kalangan rakyat. Tujuan dari Gerakan Tiga A adalah untuk meyakinkan rakyat Indonesia atas keputusan tentara Jepang yang tidak terkalahkan, dan meyakinkan pula atas jasa-jasa Jepang kepada rakyat Indonesia yang telah berhasil membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Selain itu, dukungan penduduk adalah untuk kepentingan perang yang nantinya menjadi kepentingan Jepang. Untuk memimpin Gerakan Tiga A ini diangkat Mr. Samsudin, seorang Parindrist dari Jawa Barat. Barisan pemudanya di percayakan kepada Sukarjo Wirjopranoto, juga seorang Parisndrist.

            Organisasi ini merupakan organisasi pertama yang didirikan oleh Jepang. Organisasi ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh kaum pergerakan untuk menempa diri, mempertebal semangat. Sukardjo Wirjopranoto, pemimpin barisan pemuda Gerakan Tiga A, menggunakan kesempatan ini untuk menggembleng pemuda dengan semangat kebangsaan. Gerakan 3A meliputi berbagai bidang pendidikan. Karena secara formal bidang inilah yang dalam waktu singkat dapat memenuhi sasaran untuk menampung pemuda-pemuda dalam jumlah yang cukup besar. Sekolah-sekolah berjalan menurut sistem pendidikan Jepang. Pada bulan Mei 1942, Gerakan Tiga A mendirikan Sasan A aeinen Kunrensyo (Pendidikan pemuda Tiga) di Jatinegara. Pemimpin dari pendidikan ini terdiri dari seorang Jepang dan Seorang Indonesia, yang keduanya adalah anggota Gerakan Tiga A. Pendidikan Gerakan Tiga A ini merupakan kursus kilat yang lamanya hanya setengah bulan, dan para pemuda kursus terdiri dari kaum remaja berusia 14-18 tahun. Cara-cara pendidikan yang diberikan oleh Jepang cukup unik. Mulai pagi-pagi sekali harus sudah bangun tidur, lalu dilatih olahraga bersama-sama. Setelah itu baru bekerja sebagai tukang masak di dapur, tukang kebun, tukang sapu, dan sebagainya. Jadi tidak ada yang duduk ataupun menganggur. Dan ketika hari sudah mulai siang, maka mereka akan mulai melakukan pendidikan olahraga yang terdiri dari gerak badan bermain Sumo, Jujitsu, adu perang, dan lain sebagainya. Terkadang para pemuda itu juga harus bekerja menggali tanah. Dalam segala hal sangat dipentingkan soal disiplin, sopan santun dan tata tertib dalam pekerjaan. Pada malam hari para pemuda belajar bahasa Jepang. Dengan jalan inilah orang berharap dapat membentuk pemuda yang bersemangat dan berjasa untuk masyarakat. Tetapi pada kenyataannya Gerakan Tiga A kurang begitu populer dikalangan rakyat, karena sangat berbau Jepang. Mohammad Hatta dalam Memoir menyatakan bahwa Gerakan Tiga A itu umum dibenci orang, lebih banyak menggolong daripada menolong dan untuk kaum intelektual yang telah bergerak dalam bidang politik Gerakan Tiga A dianggap kurang menarik karena tidak ada manfaatnya dalam perjuangan mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia, maka pada akhir tahun 1942 Gerakan Tiga A dibubarkan. [3]

            Kedatangan pasukan Jepang dengan segala propagandanya merupakan mimpi buruk bagi bangsa Indonesia yang mengharapkan terbebas dari belenggu penjajahan. Berbagai tindakan pemerintahan bala tentara Jepang sangat menyengsarakan bangsa Indonesia. Cara-cara Jepang untuk mengeruk kekayaan alam atau bahan mentah guna kepentingan industri perang diantaranya  Semua harta peninggalan Belanda di Indonesia di sita, Melakukan monopoli penjualan hasil perkebunan, Melancarkan kampanye pengerahan barang-barang dan menambah bahan pangan secara besar besaran, Tanaman perkebunan yang tidak berguna dimusnahkan dan diganti dengan tanaman pangan,   Takyat hanya boleh memiliki 40 % dari hasil panen, sedangkan yang 60 % harus diserahkan kepada Jepang, Rakyat dibebani tambahan untuk menanam pohon jarak sebagai bahan minyak pelumas senjata dan mesin perang. Untuk memanfaatkan tenaga bangsa Indonesia dalam membantu kepentingan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya, pemerintah bala tentara Jepang melaksanakan Romusha atau dengan kata lain Bentuk kerja paksa seperti halnya pada masa pemerintahan Hindia Belanda (Kerja Rodi) juga terjadi pada masa pendudukan bala tentara Jepang, yang disebut dengan Romusha. Para tenaga kerja paksa ini dipaksa sebagai tenaga pengangkut bahan tambang (batu bara), pembuatan rel kereta api serta mengangkut hasil hasil perkebunan.Tidak terhitung berapa ratus ribu bahkan jutaan rakyat Indonesia yang menjadi korban romusha. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia terhadap Romusha, Jepang menyebut romusha sebagai pahlawan pekerja atau prajurit ekonomi.

Upaya Jepang untuk mempertahankan Indonesia sebagai wilayah kekuasaannya serta menarik simpati rakyat Indonesia menimbulkan beberapa pengaruh terhadap bangsa Indonesia meliputi bidang politik, Dalam usaha menarik simpati bangsa Indonesia dengan tujuan agar rakyat mau membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya, Jepang mengumandangkan semboyan 3A yakni: "Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia". Hal ini menyatakan bahwa kehadiran Jepang di Asia, termasuk Indonesia adalah untuk membebaskan Asia dari penjajahan bangsa Barat, Jepang menyebut dirinya sebagai saudara tua bangsa Indonesia yang akan membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Namun kenyataannya yang dikatakan Jepang tidak sesuai dengan kenyataannya. Jepang memperlakukan bangsa Indonesia dengan tidak adil, sangat kejam, mereka memeras dan menindas rakyat diluar batas peri kemanusiaan. Di dalam Bidang pemerintah Jepang membagi Indonesia menjadi 3 wilayah pemerintahan militer, Jawa dan Madura, Sumatra, dan Indonesia bagian timur. Jepang membutuhkan Indonesia untuk memenangkan perang di Pasifik, karena Jepang membutuhkan sumber daya alam dan sumber daya manusia Indonesia. Di dalam Bidang Ekonomi Untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dan industrinya, maka Jepang melakukan eksploitasi terhadap sumber kekayaan alam Indonesia. Hal ini berupa eksploitasi dibidang hasil pertanian, perkebunan, hutan, bahan Tambang, dan lain-lain. Kekayaan alam yang diambil Jepang dari hasil menguras kekayaan alam Indonesia ini hanya untuk kepentingan perang Jepang tanpa memperhatikan kesejahteraan rakyat. Sebagai dampak dari eksploitasi besar-besaran sumber kekayaan alam Indonesia adalah kesengsaraan rakyat Indonesia berupa kekurangan sandang, pangan serta menderita kemiskinan. Rakyat hidup serba kekurangan, kelaparan karena sumber makanan diangkut Jepang untuk konsumsi tentaranya. Untuk pakaianpun rakyat menggunakan bahan yang tidak layak pakai seperti goni yang keras dan kasar. Hal in terjadi karena kapas yang seharusnya dijadikan kain atau pakaian ternyata dibawa ke Jepang untuk diolah demi kepentingan Jepang itu sendiri. Dibidang sosial kehadiran Jepang selain membuat rakyat menderita kemiskinan karena kekurangan sumber daya alam, hal lain juga terjadi yang berupa pemanfaatan sumber daya manusia. Pengerahan tenaga manusia untuk melakukan kerja paksa (Romusha) serta dilibatkannya para pemuda untuk masuk dalam organisasi militer maupun semi militer. Dibidang budaya terjadi keharusan menggunakan bahasa Jepang di samping bahasa Indonesia. Rakyat juga diharuskan membungkukan badan kearah timur sebagai tanda hormat kepada kaisar di Jepang pada setiap pagi hari (Seikerei). Hal ini tentu saja sangat menyinggung rakyat Indonesia yang mayoritas muslim, karena dianggap menyembah kepada kaisar Jepang yang dianggap sebagai keturunan dewa matahari, padahal orang muslim hanya melakukan penghormatan kepada Allah SWT. [4]

            Mengetahui kondisi Jepang yang sudah mulai terdesak oleh Sekutu di berbagai tempat dalam Perang Asia Timur Raya, timbul usaha-usaha pergerakan kebangsaan dari rakyat Indonesia terhadap Jepang, jepang melakukan beberapa gerakan yaitu Gerakan Politik Bawah Tanah. Sutan Syahrir, tokoh pejuang gerakan bawah tanah Setelah semua partai politik dibubarkan oleh Jepang, sebagian tokoh mengadakan gerakan bawah tanah yakni gerakan perlawanan yang dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi dan cenderung tidak mau berkompromi dengan Jepang. Tokoh yang terkenal diantaranya adalah Sutan Syahrir, Ahmad Subarjo, Sukarni, Chaerul Saleh, Wikana, dan Amir Syarifuddin. Mereka berjuang dengan cara menanamkan semangat Persatuan dan kesatuan nasional di kalangan rakyat, meningkatkan kesadaran untuk merdeka melalui diskusi, selebaran-selebaran dan lain-lain, serta selalu memantau perkembangan Perang Pasifik melalui siaran radio luar negeri. Para pemimpin juga menanamkan semangat nasional di kalangan rakyat, seperti Menjalin komunikasi untuk memelihara semangat nasionalisme, Mempersiapkan kekuatan untuk menyambut kemerdekaan Indonesia, Mempropaganda semangat dan kesiapan untuk merdeka, Memantau perkembangan perang Asia Timur Raya melalui siaran radio luar negeri. [5]

Daftar Pustaka

-          Dewi Yulianti. Sistem Propaganda Jepang di Indonesia 1942-1945[1]

-          Djoened,  Marwati.  1984. Sejarah Nasional Indonesia VI. Balai Pustaka, Jakarta [2]

-          Kurasawa,  Aiko, 1987. "Propahanda Media On Java Under the Japanese 1942-1945". Dalam Indonesia No.44, October 1997 [3]

-          http://nurhainiumm.blogspot.com/2013/12/awal-kedatangan-jepang-ke-indonesia.html [4]

-          http://www.ilmusocial.com/2014/10/kedatangan-jepang-di-indonesia.html [5]

 

 

No comments:

Post a Comment